Taman Baca Obi: Menanam Harapan Berkepanjangan Melalui Buku

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Tim KKN UGM dari Pulau Obi sebenarnya sudah kembali ke Yogyakarta sejak 2 September lalu. tapi posting blognya baru sekarang, hehehe. Puji syukur hingga saat ini Taman Baca Obi masih berdiri dan diminati oleh warga di Desa Jikotamo dan sekitarnya, seperti yang dituliskan teman saya, Mbak Febrina.
Tadi pagi saya ditelpon oleh ompala Jikotamo bahwa Warga Jikotamo sangat berterimakasih sekali dengan adanya perpustakaan karena dari anak anak hingga orangtua banyak datang untuk membaca. Bahkan pada hari sabtu minggu sangat ramai dikunjungi oleh anak anak remaja dan orang dewasa. kata Pak Ramli masyarakat yg tidak hadir di malam seni sangat kaget karena ada taman baca, dan sekali lagi mengucapkan banyak terimakasih kepada mahasiswa Fakultas UGM.

Plang kayu di samping
Papan Pengumuman PNPM yang sepi
Awalnya, tim KKN bingung TBO akan ditempatkan dimana. sempat terpikir untuk diletakkan di gedung yang dibangun PNPM untuk Taman Baca Al-Qur'an yakni TPA An-Nisaa'. Kemudian terpikir tentang tidak ada penjagaan dan resiko buku-buku rusak lebih tinggi karena setiap hari gedung itu digunakan untuk TPA oleh anak-anak dan ketiadaan kunci pengaman gedung. kondisi Al-Qur'an dan buku Iqro di sana pun memprihatinkan. Padahal jika TBO diletakkan di TPA, maka kita tidak perlu kesulitan mencari pengunjung.
Buku-buku tiba di Pulau Obi
setelah 3 minggu lamanya pengiriman
Akhirnya diputuskan untuk menggunakan kantor desa saja karena kantor desa yang seluas itu jarang difungsikan. kegiatan administratif dan diskusi dilakukan di rumah Kepala Desa. Padahal kondisi kantor desa masih baik dan layak. kenapa harus kantor Desa Jikotamo? karena hasil musyawarah, Desa Jikotamo dianggap telah siap untuk didikan taman baca, pun bangunan kantor desa lebih layak dibandingkan Kantor Desa Laiwui dan Kantor Desa Buton. Desa Jikotamo sendiri memiliki banyak pelajar dan merupakan desa nomor dua dengan penduduk terbanyak di Kecamatan Obi Mayor, Pulau Obi.

foto dikirim oleh Kak Jamaludin,
guru muda dari SMAN 1 Obi

Sekarang TBO sudah diberi meja dan kursi, padahal konsep awalnya memang kami biarkan lesehan dengan membeli karpet untuk kantor desa menggunakan uang KKN. sepertinya memang kultur orang di sana tidak pernah duduk lesehan. padahal duduk lesehan, membaca sambil berbincang sangat mengasyikkan. tapi kami tetap mengapresiasi pemberian meja dan kursi ini.

 mencoba menghidupkan kantor desa
dengan berdiskusi bersama remaja
Untuk mengakali sepi dan kondisi tembok yang kurang sedap, maka kami menempelkan beberapa poster edukasi tentang transparansi dan akuntabilitas pengelolaan anggaran dana desa, poster edukasi tentang Undang-undang Desa dan peta indonesia. Anak-anak menjadi tahu bahwa, "Jogja ada di Pulau Jawa, dan Jikotamo ada di Pulau Obi...". Kini hiasan bertambah berupa bunga-bunga dari kaleng dan plastik bekas hasil kreasi remaja perempuan di sana.

 Selain buku juga ada DVD film dokumenter lho!
beberapa tempat tampak lengang. saya rasa, meski diberlakukan bahwa tidak boleh meminjam buku dan dibawa pulang, tetap saja ada yang bandel dan membawa pulang secara diam-diam. sehingga sejak dari peresmian TBO, sudah banyak sekali buku yang hilang entah kemana karena pada saat itu, kantor desa tidak pernah dikunci dan tidak memiliki kunci pengaman.
padahal tujuan dari tidak boleh dibawa pulang adalah agar taman baca ramai, buku tidak hilang karena buku tidak bertambah, juga agar yang lain bisa ikut membaca. di kecamatan tersebut tidak ada toko buku dan perpustakaan sekolah tidak bisa dinikmati warga umum.
 Salah seorang remaja membantu
saat proses pembuatan rak buku TBO.
Pengadaan rak buku, kayunya disubsidi langsung oleh kepala desa. Ini sangat membantu keuangan tim KKN kami. sayangnya, ketiadaan listrik ketika siang hari menyulitkan proses scafing kayu (menghaluskan kayu), sehingga harus discaf secara manual. belum lagi ketidakbiasaan teman-teman KKN dalam membuat rak buku. tetapi lagi-lagi kami harus semangat. hingga akhirnya jadi 2 rak buku.

pemilahan dan pendataan buku

Saatnya memilah dan memilih buku mana yang pantas dibaca oleh anak-anak, remaja, dan orang tua ketika paket sudah datang. buku-buku dari KOMNAS HAM dan FPPD salah satu yang lolos seleksi karena berisi tentang edukasi HAM dan Desa. ada beberapa komik, majalah dan novel yang tidak lolos seleksi. buku-buku kami dapatkan dari sumbangan dan beberapa instansi.
 tim KKN program pendidikan berfoto 
setelah selesai menyusun buku

Selesai diseleksi, saatnya disusun ke rak buku. buku pelajaran adalah salah satu dari sekian banyak buku di sana dan termasuk diminati oleh pelajar karena mereka tidak memiliki buku pegangan sendiri, tidak seperti pelajar di Jawa yang diharuskan membeli buku pegangan. anak-anak lebih menyukai buku cerita. riuh rendah mereka membaca tulisan di buku dan duduk dengan santai.

Ummi, menata kembali buku 
sebelum tim KKN kembali ke Yogyakarta

​Setelah 2 minggu berproses, akhirnya TBO selesai juga. semoga bermanfaat bagi warga di sana dan warga di sana mampu menjaga TBO ini untuk generasi selanjutnya. harapannya koleksi buku di sana terus bertambah bukan terus berkurang, seiring meningkatnya kesadaran warga di sana akan pentingnya keberadaan taman baca. Taman Baca Obi adalah taman baca pertama di Desa Jikotamo, dan semoga semangat ini tertular ke desa-desa lain di Pulau Obi. amiin.
terima kasih kepada teman-teman lembaga, 
percetakan Diva Press, dan independen 
yang sudah memberikan buku 
untuk Taman Baca Obi.

صَلَّى اللّهُ عَلَى مُحَمَّد - صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم

Komentar

  1. Dari kemaren aku tungguin kamu lohh fat nulis ini :p .
    Ayoook stok ulang lagi buku-buku buat TBO :D

    BalasHapus
  2. Terimakasih sudah memberikan jendela dunia kepada mereka #WORSHIP

    BalasHapus
  3. tadi sore saya ga sengaja ketemu dgn kawan2 KKN UGM angktan 2 di obi,, Terimakasih atas semangat kawan" UGM.. sebagai alumni ugm, saya ikut bangga.

    BalasHapus
  4. Salah satu personil KKN UGM Angkatan 2 adalah adik saya. Sekembalinya dari sana, tak henti-hentinya dia bercerita tentang Obi, Pantainya, Lautnya, Airnya, Tanahnya, Masyarakatnya, Anak-anak kecil disana, Hutannya, Jalannya, Ottonya, bahkan hingga pemberian nama untuk seorang bayi yang lahir kala mereka sedang KKN disana bayi perempuan itu diberi nama mirip dengan nama rektor UGM yang sekarang -Korita Karnawati- ...
    Saya juga ikut bangga dan terharu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sambalnya Satu Bu, Sambal Tomat Ya!

Uang Kembalian dan Siapa yang Lebih Ramah

Cinta Habis Di Orang Lama Itu Hanya Berlaku Bagi Yang Gak Mau Menyembuhkan Luka Patah Hatinya