Rabu, 24 Mei 2017

, , , ,

Pencerahan Bermedia Sosial: Literasi Media di Internet


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
gambar dari FancyQuote


Tulisan ini tidak berawal dari mana pun kecuali dari penyesalan diri saya sendiri atas proses bermedia sosial dan penggunaan internet yang tidak sesuai dengan kaidah kepatutan dan kebenaran. Proses tersebut terjadi pada fase awal saya kenal internet yakni melalui SMS, Friendster dan MIRC saat SMP, diikuti dengan MXIT, facebook, blogger, dan BBM saat SMA, dan fase twitter, WhatsApp, Line dan instagram saat kuliah. Sebagai generasi yang akrab dengan internet, saya merasa senang sekaligus gelagapan dengan hilangnya batasan ruang di dunia maya. Pada proses tersebut saya kemudian memanfaatkan media sosial sesuka saya, tanpa mempertimbangkan orang lain.

Pertama, saya menyebarkan seluruh perasaan saya kepada siapapun yang ada di media sosial melalui banyak aplikasi, salah satunya adalah blogger. Kedua, saya lebih tertarik terhubung dengan sesuatu yang sangat jauh salah satunya adalah pertemanan melalui media sosial apapun. Ketiga, saya menyebarkan informasi yang saya sukai apapun bentuknya dan tidak peduli apakah informasi tersebut dapat memecah belah atau telah sesuai dengan etika bermedia. Keempat, saya menggantungkan eksistensi saya kepada relasi di pertemanan maya yang akhirnya membuat saya sedih saat kehilangan followers dan mendapatkan haters. Kelima, saya memainkan game online tanpa mengenal waktu. Keenam, saya menganggap bahwa pertarungan wacana di dunia maya merupakan bagian dari perjuangan bersama kaum yang tertindas di akar rumput.

Sebenarnya masih banyak proses memalukan lain yang meninggalkan jejak maya sangat banyak. Beberapa jejak sudah saya coba hapus di beberapa platform di internet. Saya pun sudah menonaktifkan beberapa media sosial yang sempat saya kelola dengan antusias. Saya juga sudah mengurangi intensitas untuk menggunakan handphone dan koneksi internet dalam bentuk wifi. Upaya yang sudah semestinya saya lakukan sejak dulu agar saya tidak melakukan enam kesalahan di atas tadi: melupakan bahwa realita sosial kita berada di dunia yang kita pijak, bukan dunia yang dibentuk oleh internet. Upaya yang kemudian sekarang mendorong saya untuk memanfaatkan internet sebagai sarana untuk menolong orang lain dari pada mengejar eksistensi.

Bagaimana cara menolong orang lain melalui internet?
  • -          Tidak menyebarkan berita hoax
  • -          Tidak menyebarkan berita yang memecah belah umat dari website abal-abal
  • -          Tidak menggunakan media sosial untuk menyelesaikan semua permasalahan hidup
  • -          Tidak menggunakan internet untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya
  • -          Menyebarkan berita tentang donasi untuk membangun perpustakaan misalnya
  • -          Menyebarkan pengumuman yang menimbulkan semangat bergerak
  • -          Menyebarkan berita yang sudah tervalidasi dan mengungkapkan kebenaran
  • -          Dan masih banyak hal positif lainnya….

Maka, untuk menghindari pemakaian internet yang tidak senonoh seperti yang sudah saya lakukan, tidak diragukan pentingnya literasi penggunaan internet dan media sosial, bukan hanya kaitannya dengan konten porno saja, melainkan mencakup banyak aspek dan permasalahan dalam hidup ini. Sangat berbahaya ketika internet dan dunia nyata dipisahkan secara begitu saja untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul akibat internet atau masalah di dunia nyata yang menyebabkan masalah di internet. Sebab segala masalah yang terjadi di internet sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari realita di dunia yang kini kita alami, dan yang lebih penting adalah untuk menjadikan diri sendiri bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Jika satu akun terus menyebarkan energi baik, kenapa kita tidak menirunya agar semakin banyak akun yang menyebarkan energi baik?

Jadi, sudahkah kamu menggunakan internet dengan bijak?


صَلَّى اللّهُ عَلَى مُحَمَّد - صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم

0 komentar:

Posting Komentar