Hari ke-5: Buku-buku dan Seselip Rindu
#30HariMenulisSuratCinta
untuk Seselip Rindu,
di halaman Buku
Tuhan menyampaikan wahyu-Nya melalui Rasul-Nya. Wahyu yang kini dibukukan menjadi Al-Qur'an. Selanjutnya ada kitab-kitab berisi kumpulan hadist maupun kitab-kitab yang ditulis para imam besar dan para kyai untuk memberikan gambaran lebih jelas tentang firman Tuhan.
Oke. Ini bukan postingan religi sih. Intinya cuma mau bilang, kadang hal-hal yang terindah adalah berupa sebuah buku.
Iya, itu kamu.
Segala sesuatu terus diupayakan agar merupa menjadi buku. Film, game, cerita hidup seseorang, tulisan programing, catatan kenegaraan, fotografi, dokumentasi perlawanan, dan imajinasi lainnya yang telah banyak dibukukan. Buku pun dicoba agar dapat terus dibawa kemana-mana, seperti kenangan; E-Book.
Betapa banyak yang memilih mencintai dan membencimu, buku.
Mereka dibakar, dibanned Pemerintah atau instansi tertentu, dipunahkan, dilarang penerbitan dan penyebarannya, dikoleksi, diperpustakaan-kan (eng....), diproduksi lalu dijual terus menerus, dan dibeli atau dipinjam hingga pada akhirnya terus dibaca. Mereka diperjuangkan sejak dulu hingga sekarang karena mampu menghidupkan kembali pemikiran orang-orang mati. Sakti!
Tapi di kamarku, kamu tergeletak begitu saja.
Tidak kusayangi.
Tidak kubaca.
Tidak kupeluk.
Tidak kusayangi.
Tidak kubaca.
Tidak kupeluk.
Mereka menumpuk tinggi hingga seselip rindu di balik lembaran halamannya memanggil-manggil untuk dilunaskan.
![]() |
salah satu dari sekian tumpukan di kamar |
Maaf, buku.
Aku memang harus lebih banyak membaca dan merindukanmu!
Aku memang harus lebih banyak membaca dan merindukanmu!
dari yang lebih suka baca buku,
daripada baca isi hati gebetan.
Ipah.
Waaah, aku terpesona lihat tumpukan bukumu.
BalasHapus