Senin, 14 Mei 2018

, , ,

Menunggu Bertahun-tahun Untuk Bertemu Seseorang

gambar dari google

Selama lebih dari puluhan purnama Rangga harus menunggu agar bisa bertemu dengan Cinta. Pertemuan mereka berdua kemudian mengubah banyak hal dari diri masing-masing. Termasuk mengubah harapan saya terhadap jalan cerita AADC 2 menjadi kepingan debu, karena... tidak sesuai ekspektasi saya hahaha. Namun terlepas dari itu, saya belajar dari perjalanan Rangga dan Cinta di AADC 2 tentang menghargai pertemuan dengan seseorang. Sebab saya pun menunggu...

Saya butuh menunggu hingga 10 tahun untuk bertemu dengan gebetan pertama saya. Itu baru bertemu, belum mengenalnya. Saya butuh bersabar selama 2 tahun hingga bisa mengenalnya. Saya baru bisa mengenalnya saat saya kelas 7 SMP karena kami ternyata satu kelas di satu SMP yang sama. Saya bahkan harus menunggu 2 tahun untuk bisa mengatakan bahwa saya naksir dia, yakni saat kelas 8 SMP.

Proses menunggu ini ternyata tidak berbuah manis. Saya justru mengalami patah hati termengenaskan untuk pertama kalinya. Bagaimana tidak mengenaskan, saya yang sudah bertemu dengannya sejak usia 10 tahun kalah dengan adik tingkat saya yang baru bertemu dengannya pada usia 13 tahun. 

Cerita tentang pertemuan tentu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan seseorang, saya apa lagi. Tak terhitung sudah berapa orang yang bertemu dengan saya sejak kecil. Mulai dari orang-orang dari lingkungan keluarga hingga orang-orang yang kerap muncul di televisi. Setiap hari saya bertemu dengan seseorang, entah teman atau sesama pengendara kendaraan di jalanan. Pertemuan yang terlalu sering dan terlalu banyak ini membuat saya mereduksi makna dari setiap pertemuan dengan seseorang.

Pereduksian makna ini tiba di level saya selalu merasa kesepian meskipun selalu bertemu dan bersama dengan seseorang. Saya selalu merasa kenapa tidak pernah betul-betul ada seseorang yang paham tentang saya di antara sekian banyak orang yang saya kenal dan mengenal saya. 

Paradigma mereduksi makna pertemuan ini mulai berubah sejak pertengahan tahun 2017. Saya mulai paham bahwa sebenarnya pertemuan dengan orang, seperti apapun orangnya (tidak harus selalu menjadi pacar atau sahabat), di waktu kapanpun, dengan durasi berapa lama pun, adalah berkah yang berharga dari Tuhan. Sebab tanpa kita sadari, kita perlu menunggu hingga usia tertentu untuk bisa bertemu dengan orang-orang tertentu.

Ternyata di setiap waktu di hidup kita, Tuhan sudah siapkan teman perjalanan yang sesuai. Teman perjalanan ini punya masa aktifnya di hidup kita, mereka akan pergi atau hubungan akan berakhir jika memang sudah waktunya berakhir. Mereka juga punya fungsinya masing-masing di hidup kita, tidak melulu semuanya membawa kita pada kebahagiaan, namun juga pada kesakitan. 

Berakhirnya pertemuan dan perjalanan ini adalah hal wajar. Kehilangan adalah hal wajar karena merupakan bagian wajib dari siklus kehidupan kita. Namun, saat kita lebih fokus pada teman perjalanan yang hilang atau melukai tersebut, dan larut dalam kesedihan akibat kehilangan, kita jadi lupa pada maksud yang lebih besar dari pertemuan dan kehilangan: Tuhan selalu tepat waktu dan menyiapkan sesuatu untuk kita.

Inilah yang terjadi pada saya selama ini, bahwa saya lupa untuk menghargai setiap pertemuan dan perpisahan sebagai bagian penting bagi kehidupan saya. Mereka tidak hadir hanya untuk sekadar lewat. Mereka hadir dan pergi untuk memberikan kita pesan berharga yang memperkaya pengetahuan dan kebijaksanaan kita tentang hidup. Tidak ada yang pernah betul-betul menjadi awalan atau akhir, karena semuanya berjalan dalam sebuah siklus. 

Namun lagi-lagi, proses untuk bisa tiba di titik menghargai setiap pertemuan tentu bukanlah hal yang serta merta bisa terjadi di kehidupan kita, utamanya jika berbicara tentang pertemuan dengan orang yang sering kita anggap lalu karena preferensi kita yang sangat mengotak-ngotakkan, bukan membebaskan diri untuk belajar dari siapapun. Kita memaksa diri harus segera bertemu dengan orang yang bisa membahagiakan kita atau orang yang kita mau saja, sehingga kita mengabaikan mereka yang tidak kita hendaki. Padahal jika kita tidak mengkotak-kotakan, kita bisa belajar banyak dari setiap pertemuan.

Mulai bertanya-tanya kenapa Tuhan mempertemukan kita dengan si A saat ini, si B saat itu, dan si C saat nanti, bisa kita mulai dari sekarang. Agar kita bisa lebih menghargai diri kita atas setiap pertemuan yang kita alami di setiap waktu di umur kita, karena ternyata kita perlu menunggu bertahun-tahun untuk bertemu dengan seseorang. 

Semestinya kita bisa menggali setiap pesan dari setiap pertemuan, meskipun pesan itu berupa luka yang proses sembuhnya membutuhkan waktu lama. Lalu berterima kasih pada seluruh orang yang pernah kita temui dan berjalan bersama kita atas setiap pembelajaran berharga dari mereka.

0 komentar:

Posting Komentar